Karena Wanita Ingin Dimengerti - Dya Ragil

6 Februari 2011

Karena Wanita Ingin Dimengerti

Ya, karena wanita ingin dimengerti ... apa artinya ya? Saya wanita dan saya tetap tidak mengerti. Apakah itu berarti harus dijunjung tingginya persamaan gender? Ataukah emansipasi yang selalu dielu-elukan secara berlebihan itu?

Entah sadar atau tidak, persamaan gender takkan pernah terwujud sampai kapanpun. Sifat dasar perempuan dan laki-laki sudah dari sananya berbeda. Perempuan lebih mengandalkan perasaan, sedangkan laki-laki lebih mengandalkan logika. Karena itulah laki-laki yang selalu jadi pemimpin. Apa jadinya sebuah organisasi jika sang pemimpin lebih mengandalkan perasaan ketimbang logika? saya tahu setiap orang punya pendapat yang berbeda tentang ini. Dan itu hal yang lumrah, karena setiap orang juga memandang segala hal dari sudut pandang yang berbeda pula. Tapi di sini, saya mencoba menyikapinya secara netral.

Atas nama persamaan gender, perempuan ditempatkan di posisi yang sama dengan laki-laki dengan porsi tugas yang sama pula. Dengan dalih rasa keadilan, banyak orang menghalalkan semua itu. Sekarang, yang jadi pertanyaan, apakah semua itu adil? Coba pikirkan, secara alamiah, perempuan dan laki-laki amat berbeda. Secara fisik, mereka berbeda. Secara perasaan emosional, mereka berbeda. Secara logika dan pemikiran, mereka juga berbeda. Apakah bisa dikatakan adil jika memberikan tugas yang sama pada dua hal yang berbeda? Saya rasa tidak. Perempuan dan laki-laki telah memiliki tugasnya masing-masing. Tugas yang secara kodrati sudah sesuai dengan kondisi masing-masing. Lalu, kenapa masih dipertentangkan juga? Itulah yang membuat saya bingung.

Banyak sekali orang yang teramat sering mempertentangkan posisi wanita dalam Islam. Menurut mereka, Islam mengebiri kebebasan wanita dan membelenggu wanita di dalam rumah suaminya tanpa diijinkan beraktivitas di luar rumah. Mereka mengatakan bahwa Islam merendahkan posisi wanita di tengah masyarakat. Benarkah demikian?

Mungkin mereka lupa, atau pura-pura lupa. Islam adalah agama pertama yang memuliakan derajat wanita dan mengatur hak-hak wanita sedemikian rupa. Coba kita flashback, bagaimana posisi wanita sebelum Islam datang? Wanita memiliki posisi terendah dalam masyarakat. Bahkan dahulu, setiap bayi perempuan yang lahir, dianggap aib. Sang ayah berada diantara pilihan untuk menanggung aib seumur hidup, atau mengubur bayi perempuannya hidup-hidup.

Setelah Islam datang, pembunuhan atas bayi perempuan dilarang. Wanita yang tadinya tidak punya hak untuk menentukan apapun, tidak diikutkan dalam daftar ahli waris (bahkan wanita diperlakukan seperti barang, sehingga ia bisa diwariskan), diabaikan kesaksiannya, semua budaya jahiliyah itu diobrak-abrik oleh Islam.

Islam maju sebagai tameng bagi wanita. Pengaturan polah dan tingkah laku serta cara berpakaian wanita pun dimaksudkan semata-mata hanya untuk melindungi wanita, bukan untuk membatasinya. Wanita tidak dilarang beraktivitas di luar rumah, asalkan ia memakai hijab yang dikenakan ke seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Hal itu dimaksudkan agar wanita muslim mudah dikenal dan terjaga kehormatannya. Karena itulah Islam melarang wanita untuk pamer aurat, agar mereka terlindungi dari mata jelalatan yang pada jaman sekarang ini merebak di sana sini.

Entah bagaimana konsep pergaulan bebas yang sebebas-bebasnya yang ditawarkan oleh kebanyakan orang saat ini. Bahkan umat muslim pun seolah tak mau ketinggalan dalam menyuarakan emansipasi yang sudah agak kebablasan ini. Wanita yang seharusnya dimuliakan posisinya, saat ini justru jadi barang obralan yang bisa dipertontonkan dimanapun dan kapanpun. Tidak sedikit muslimah yang terjebak dalam lingkaran pergaulan bebas sehingga lebih rela meninggalkan identitasnya sebagai seorang muslimah daripada meninggalkan hingar bingar kebebasan yang menjerumuskan ke maksiat.

Na’udzubillahi min dzalik....

Semoga Allah SWT melindungi kita semua dari jebakan pergaulan ala barat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar