5 Pertanyaan, 5 Tantangan - Dya Ragil

13 Desember 2011

5 Pertanyaan, 5 Tantangan


Pagi ini, saat saya mengunjungi grup Bloof (Blog of Friendship) di facebook, tiba-tiba saya dikagetkan oleh sebuah tag akun saya sendiri di salah satu postingan wall Bloof. Ya ampun, setelah saya lihat, ternyata saya dikasih PR. Hah, PR? Iya, PR. Bunyi postingan itu begini, nih:

Assalamu'alaikum :D
Akhirnya PR dari Andini Mokodompit beres.. silahkan dicek.
dan akhirnya.. akan saya wariskan secara RANDOM kepada :
1. Dya Ragil
2. Fadhli Amir
3. Cahya Sidratulmuntaha Daties
4. Funy Alfiani
5. Erlangga Kusumawijaya
6. Irfan Dupont B Ed
7. Selvia C'Misfil
8. Anisau Sholihah
9. Rizky 'icchie' Wakano
10. Anna Qurrota A'yun
11. Phuji Astuty
  
Yang memberi saya PR itu namanya Mbak Nurfitriyani Binti Sunarya.
Tidak membuang waktu lagi, saya langsung masuk ke link blog yang disertakan di postingan itu. Alhasil, saya mendapatkan PR sebagai berikut:
Pertanyaan dariku :
1. Dimana pertama kali kamu main bola basket?
2. Apa nama tempat terjauh yang pernah kamu kunjungi, ceritakan!
3. Hari senin jam 15.00 kamu ada dimana?
4. Sebutkan 3 orang yang paling berharga di hidupmu!
5. Jika ada kesempatan satu jam untuk menengok masa lalu. Mau ke bagian mana?

di jawab yaaa :D
Baiklah, Ukhti. Saya terima tantangan PR ini ... Nyahahahaha.... XD

1. Di mana pertama kali kamu main bola basket?
Well, saya pertama kali main basket sewaktu menginjak bangku SMP. Saya ingat betul, saya lebih suka menyaksikan pemandangan di sekitar lapangan basket sekolah saya itu daripada main bola basket itu sendiri. Tanya kenapa? Yah, kalau boleh jujur, saya ini pendek dan kecil. Tiap kali saya berusaha memasukkan bola basket ke keranjang yang na'udzubillah tingginya itu, pasti bola basketnya belum sampai 2/3 tiang sudah kalah lebih dulu oleh gaya gravitasi. Well, that's pathetic.

Tapi, karena ini pertanyaannya di mana, saya jadi ingin menggambarkan sekali lagi suasana lapangan basket SMP saya. Sekali lagi? Begitulah. Di naskah novel saya, saya juga menggambarkan setting dan suasana lapangan basket SMP saya, karena setting ceritanya memang di sana. Dan akan saya ceritakan sekali lagi.... XD

Pemandangan di hadapanku benar-benar menakjubkan. Waktu aku menolah ke kiri, terdapat rawa yang terhampar di hadapanku dengan berlatar hutan bambu yang lebat. Waktu menoleh ke kanan, masih dengan latar hutan bambu, ada sebuah jembatan batu yang menghubungkan desa di seberang sungai dan desa tempat sekolahku berada. Ya, ada sungai di bawah sana, memang kecil sih, tapi aku bisa lihat kalau airnya jernih banget. Cuma satu pemandangan yang terasa merusak keindahan tempat itu: lapangan basket.

Ya, itulah satu cuplikan paragraf dari naskah novel saya yang berjudul "A.K.A". Seandainya saya punya kamera, pasti sudah saya potret pemandangan itu, agar teman-teman tidak hanya bisa membayangkan, tapi juga melihat keindahannya.
2. Apa nama tempat terjauh yang pernah kamu kunjungi? Ceritakan!
Mau tidak mau, saya harus mengakui. Tempat terjauh yang pernah saya kunjungi adalah Bali. Dua kali. Semasa study tour saat SMP dan SMA.

Kesan pertama saya tentang Bali: indah, sejuk, dengan aroma kebudayaan yang begitu pekat. Saya paling suka pantainya, karena saya bisa mencium aroma laut yang begitu menenangkan. Saya sangat menyukai Sanur, tempatnya agak sepi dan tenang, membuat saya jauh lebih bisa menikmati laut Sanur. Tapi, saya tak terlalu suka Kuta. Selain tempatnya sangat ramai, saya bisa melihat sepanjang mata memandang banyak sekali orang-orang pamer aurat. Saya benci melihatnya. Aroma lautnya juga tidak sepekat Sanur. Padahal, saya suka pantai, tapi terpaksa saya katakan: Kuta is the worst place I ever seen. Sebaliknya, Sanur is the best. Sanur memiliki pemandangan yang sempurna, ketenangan yang sempurna, pasir yang sempurna, dan aroma laut yang sempurna. Kalau saya bisa ke Bali lagi, saya takkan mau pulang sebelum mengunjungi Sanur. Saya memiliki cetakan foto Sanur yang saya ambil dengan kamera analog waktu saya SMP. Tunggu sampai saya mampir ke rental komputer untuk scan foto-foto Sanur itu, nanti pasti akan saya posting di blog ini.

Tempat kedua yang paling mengesankan adalah Bedugul. Danau itu sangat indah. Teman-teman tahu apa yang paling mengesankan saat saya di sana? Lomba balap sampan. Hahaha, ini tidak seperti yang terdengar sih. Meskipun saya mengatakan "lomba", tapi ini bukan lomba resmi. Begini ceritanya, ini kisah waktu saya SMP. Ada 8 atau 10 anak termasuk saya (saya tak terlalu ingat berapa jumlah kami waktu itu) yang ingin sekali menaiki sampan. Akhirnya, kami bagi jadi dua kelompok yang masing-masing menaiki sampan dengan seorang guide. Tujuan kami adalah melintasi danau menuju taman Bedugul yang memang benar-benar indah itu. Dalam perjalanan, entah kenapa kami jadi adu cepat. Karena yang memegang dayung tidak cuma sang Guide, tapi juga kami, maka kami berlomba adu cepat siapa yang paling dulu sampai taman. Pokoknya, waktu itu sangat menyenangkan. Grup kami kalah, tapi kami menikmati "lomba" tak resmi itu. Duh, jadi nostalgia.

Ah, sudah deh ... ini dulu, kalau saya ceritakan lebih banyak lagi, nanti PR ini malah jadi sesi curhat. Yah, beginilah akibatnya kalau seorang penulis wanna be diminta menceritakan masa lalunya ... hahaha.... Lanjut ke pertanyaan berikutnya.
3. Hari Senin jam 15.00, kamu ada di mana?
Tak ada tempat seindah rumah sendiri. Jiaaaah, sok puitis. But, I'm serious. Home sweet home. Lebih tepatnya, kamar saya sih. Apa yang saya lakukan? Biasanya jam segitu waktunya Ashar. Apakah perlu ditanya lagi apa yang saya lakukan saat waktu Ashar sudah tiba? Tapi, bagaimana selepas itu? Hmm, saya akan menyalakan komputer, lalu menulis, menulis, dan menulis. Sesekali diselingi dengan browsing, sih.

Hahaha, sejauh ini, inilah pertanyaan dengan jawaban paling singkat~ XD
4. Sebutkan 3 orang yang paling berharga di hidupmu!
Pertama, tentu saja Ibu. Ibu, Ibu, Ibu, lalu Bapak.... Hehehe, kalau menurut yang saya sebutkan barusan, 3 tempat pertama itu Ibu, ya? Baru Bapak. Tapi, ini disuruh menyebut 3 orang, bukan 3 peringkat pertama.... :D

Yes, first, of course, my precious mother. Saya cinta Ibu. Atas alasan? Apakah dibutuhkan alasan untuk mencintai seseorang? Lalu, kalau alasan itu hilang, akan kita kemanakan rasa cinta itu? Saya tidak butuh alasan untuk mencintai Ibu. Sepanjang waktu hidup beliau yang dicurahkannya untuk saya, sudah melebihi segalanya, bila teman-teman memaksa saya untuk mengutarakan alasannya. Selebihnya, terlalu banyak hal indah tentang Ibu yang tak mampu saya sebutkan. I love you, Mom.

Kedua, Bapak. Beliau adalah inspirasi saya. Di usia yang sudah menginjak 70, beliau masih aktif mengabdikan diri di dunia pendidikan, membimbing orang-orang putus sekolah dengan mengelola sebuah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang berkecimpung di program pemberantasan buta huruf (paling tidak, untuk wilayah di sekitar kami), kejar paket B dan C, juga keterampilan seperti menjahit. Kantornya berada di rumah kami yang Alhamdulillah cukup luas untuk dijadikan tempat belajar. Suatu saat, saya ingin meneladani beliau. Tidak hanya di bidang pendidikan, tapi juga di bidang lain.

Ketiga ... Umm, Mbak Nurfitriyani, kau jahat sekali. Kenapa cuma disuruh menyebut tiga?! *nangis gelindingan*

Yang ketiga, kakak-kakak saya (yang jumlahnya lima) *digampar*
Oh, please, saya tidak bisa menyebut mana yang lebih berharga di antara kelima kakak saya, semuanya berharga dengan porsi yang sama, saya tidak bisa mengurutkannya. Maaf.... T_T
5. Jika ada kesempatan satu jam untuk menengok masa lalu, mau ke bagian mana?
Ke bagian saat saya dilahirkan. Saya ingin tahu sesakit apa Ibu saat tengah melahirkan saya. Saya ingin tahu, karena dengan begitu, mungkin jika kembali ke masa kini, saya akan bisa memeluk Ibu, mengucap maaf karena membuat beliau kesakitan waktu melahirkan saya. Juga berterima kasih, karena tidak menyerah untuk membuat saya terlahir ke dunia ini. Saya tidak akan bisa merasakan derita Ibu kalau saya belum mengalaminya sendiri. Jadi, mungkin kalau saya bisa kembali ke masa itu, melihat sendiri betapa kerasnya perjuangan Ibu harus melahirkan saya di antara hidup dan mati, derita itu akan terpercik pada saya, meskipun cuma seujung kuku. Tapi, tak apa. Meskipun sedikit, saya rasa perasaan saya untuk Ibu akan berlipat ribuan kali. I love you, Mom.
Okay, This is it. Saya sudah melunasi PR saya. Apakah saya lulus, Mbak Nurfitriyani? *kitten eyes attack*

Sebelum saya akhiri, ada baiknya saya mengutarakan pendapat saya mengenai PR ini. Sejujurnya, saya baru sekali ini dapat PR macam ini dari seseorang, apalagi seseorang dari komunitas blogger. Dan saya sangat berterima kasih. Karena dengan ini, selain saya menambah postingan blog, hehe, saya juga mengalami masa-masa indah nostalgia masa lalu. Aih, dada saya jadi hangat. Subhanallah.... :)

Saya rasa, ini program yang sangat bagus. Selain menambah jaringan teman, juga mampu melatih seorang blogger untuk tetap menulis. Juga, melatih kreativitas blogger dalam penulisan di blog itu sendiri. Semoga hal seperti ini terus ada, tentu dengan variasi yang lain, yang tidak kalah menarik dari menceritakan tentang diri sendiri. Mungkin, lain kali bisa tentang pendapat blogger tentang suatu isu dan permasalahan yang sedang terjadi, sehingga kualitas postingan blog akan tetap terjaga.

Itu saja dulu, sebelumnya, thanks to Mbak Nurfitriyani yang sudah memberikan saya PR ini. Saya sangat senang mengerjakannya. Seandainya PR di sekolah juga berformat seperti ini, ya? *plak*

Salam :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar