Mimpi Seorang Penulis Wannabe - Dya Ragil

5 Desember 2011

Mimpi Seorang Penulis Wannabe

Akhirnya, saya memutuskan untuk mengikuti event yang diselenggarakan oleh Bentang Pustaka. Saya akan mengikutkan novel teenlit pertama saya ke event itu. Bohong kalau saya tidak berharap menang, tapi saya lebih berharap agar novel itu punya cukup kualifikasi untuk tembus ke meja editor dan cukup pantas untuk diterbitkan. Hahaha, sampai sekarang saya memang masih penulis wannabe sih. Dan mengenaskan memang, saya yang tak terlalu suka teenlit ini, malah mencoba mengirimkan novel pertama ke penerbit dengan genre teenlit. Kenapa, ya?

Mungkin karena saya penasaran. Selama ini, saya tidak pernah bisa, kalau tidak mau dibilang gagal, membuat cerita teenlit. Dan teenlit-teenlit yang beredar sekarang, yang notabene berkutat dengan masalah cecintaan, sudah terlebih dulu membuat saya merasa illfeel. Mungkin saya hanya ingin mendobrak saja generasi teenlit cecintaan itu.

Teman-teman penulis yang sudah mengenal saya pasti tahu kalau gaya menulis saya, meskipun tidak terlalu jauh dari kisah romance, tidak akan mengangkat tema itu sebagai bahasan utama. Saya sampai sekarang tidak bisa lepas dari tema utama yang berkutat antara persaudaraan, persahabatan, atau keluarga. Walaupun ada romance, tapi tidak mendominasi. Saya awalnya bersikeras meminimalisir tiga tema itu, tapi akhirnya menyerah kalah juga. Mungkin karena passion saya ada di tiga tema itu? Siapa tahu.

Yang jelas, novel teenlit saya ini memang berkutat di tiga tema itu. Romance mungkin ada, tapi tersirat. Sampai saat ini, novel yang saya rencanakan selesai dalam 16 chapter itu, baru rampung 10 chapter. Semoga minggu depan sudah selesai dan bisa saya kirim ke teman-teman penulis untuk mendapatkan cabe terlebih dahulu sebelum masuk tahap editing.

Lima belas Desember. Semoga saya bisa mengebut. Dan semoga saya bisa mendapatkan kesempatan kali ini. Kalaupun tak lolos seleksi, saya tetap bersyukur karena bisa menyelesaikan kisah ini.

Psst, sebagai bocoran, selama ini saya belum pernah menyelesaikan cerita bersambung saya. Menyedihkan, memang. Tapi, progress orang kan lain-lain. Mood menulis seseorang itu bagaikan roda, kadang di bawah, kadang di atas. Sekarang ini, mood menulis saya sedang di puncak, istilah kerennya: onfire. Jadi, saya akan tetap menulis sampai tangan ini capek sendiri.

Untuk semua penulis yang sedang menyelesaikan proyek mereka, saya cuma bisa bilang: Semangat! XD

Jalan masih panjang. Kita tak mungkin akan menjalani ribuan langkah tanpa langkah pertama, bukan? Dan mungkin di langkah pertama itu, kita akan terseok-seok. Anggap saja tantangan, atau ujian.

Seseorang yang saya lupa siapa, pernah bilang begini, "Sesuatu yang gagal menjatuhkan kita, akan membuat kita lebih kuat."

Tapi, bukankah bila kita tak pernah merasakan rasanya jatuh dan menjadi lemah, kita takkan tahu seperti apa rasanya kuat? Jangan larang diri kita sendiri untuk jatuh, atau menjadi lemah. Jatuhlah terus, kemudian bangkit. Seseorang tak dinilai dari sebanyak apa dia jatuh. Seseorang dinilai dari sebanyak apa dia bangkit setelah separah apa pun dia jatuh.

Sekali lagi ... SEMANGAT! XD

4 komentar:

  1. Go go go~ Ao~ kadang emang kita harus coba selingkuh ke hal-hal lain demi meluaskan wacana kata :3

    BalasHapus
  2. Iya, Bang Ren ... semangat XD
    Nggak ada salahnya, memang, sedikit melintir dari genre fantasi....
    Toh, penulis fantasi adalah penulis segala genre (sampai sekarang saya masih percaya kalimat ini)
    Bagi saya, menulis teenlit takkan saya jadikan halangan atau justru 'mengharamkannya' meskipun saya tak terlalu suka....
    Hehehe, ini adalah tantangan, dan semoga saya bisa melewatinya....
    Salam semangat buat semua teman penulis XD
    Ganbarimashou XD

    BalasHapus
  3. Awalnya saya mau ikutan event ini,tapi entah mengapa,saya belum bisa fokus buat nulis. Ide sudah sesak di kepala tapi saya tergagap gagap dalam menerjemahkannya menjadi satu tulisan.. Kadang pas mau nulis malah diserang perasaan ga pede,hhaaa..

    BalasHapus
  4. @Hana Nuraini Ayo yang pede >.<
    Tulislah apa yang ingin kita tulis. Jangan terlalu banyak mikir. Pokoknya tulis sampai selesai satu draft awal novel, barulah nanti kita masuk ke tahap editing ... ada asyiknya juga lho menulis tanpa perencanaan :D
    Tapi, menulis dengan rencana juga gak buruk, bagus malah ... tergantung kitanya saja, mana yang lebih efektif :)

    Semangat! :D

    BalasHapus