Fiksinfo #2 ~ Berburu Ilham - Dya Ragil

23 Agustus 2011

Fiksinfo #2 ~ Berburu Ilham

Apakah para penulis sedang macet ide? Apa penyebabnya? Belum mendapat ilham atau wangsit untuk diolah menjadi ide?

Ah, pertanyaan semacam itu memang butuh pengalaman langsung. Tapi, tentu saja cara setiap orang berbeda-beda dalam mendapatkan ilham. Ada yang bisa memperolehnya begitu saja, ada pula yang harus jungkir-balik untuk bisa mendapatkannya.

Lalu, apa sebenarnya ilham itu? Apakah sama dengan definisi ide? Ayo kita periksa KBBI.

Ilham adalah petunjuk Tuhan yang tumbuh di hati; pikiran (angan-angan) yang timbul dari hati; bisikan hati; sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta. Sedangkan, ide adalah rancangan yang tersusun di dalam pikiran; gagasan; cita-cita. Mendapatkan banyak ilham akan menjadi percuma apabila tidak kita rubah bentuknya menjadi lisan ataupun tulisan. Namanya saja angan-angan, kalau tidak diwujudkan, selamanya hanya akan tetap jadi angan-angan. Begitu pula dengan ide. Kalau dianalogikan, ide itu ibarat roh dan tulisan sebagai tubuhnya. Bayangkan keberadaan roh tanpa tubuh, ide hanya akan bergentayangan di benak kita tanpa bisa menghasilkan apa-apa. Jadi, harus bagaimana? Ya, menulislah. Nah, bersatunya ilham dan ide yang telah mewujud menjadi tulisan inilah yang kemudian dinamakan sebagai karya sastra.

Baik, sekarang, bagaimana caranya memperoleh ilham? Setiap orang tentu berbeda-beda cara mendapatkannya. Ada yang harus mengurung diri di toilet, ada yang harus merokok berbungkus-bungkus dulu (Saya tidak menyarankan ini. Jangan lupa, kalau memang ingin merokok, jangan di tempat umum. Memangnya udara di area si perokok merokok hanya miliknya sendiri?), ada juga yang harus berendam di bak mandi. Apa pun itu, ilham bisa diperoleh di mana saja, dari kejadian sekecil apa pun, dari kejadian tak terduga yang berlangsung di hadapan kita. Apa pun bisa jadi ilham, asalkan kita pintar-pintar untuk menangkap momen tersebut.

Maka dari itu, jangan lupa membawa kertas dan pena untuk mencatat ilham atau ide apa pun yang mampir ke benak kita, agar kita tidak lupa. Tapi, kalau ingatan kita kuat, silakan saja kalau hanya ingin direkam di benak saja (beruntunglah orang-orang yang daya ingatnya kuat, tidak seperti saya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar