Janji Surga untuk Wanita Hitam - Dya Ragil

24 Agustus 2011

Janji Surga untuk Wanita Hitam

Dialah Sa'irah al Asadiyah radhiyallahu 'anha, seorang wanita berkulit hitam dari bani Asad yang telah dijanjikan surga baginya sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Atha bin Abi Rabah.

Ibnu Abi Rabah pun berkisah:
Telah datang kepadaku Abdullah bin Abbas, "Maukah engkau aku perlihatkan seorang wanita penghuni surga?"

Maka aku pun berkata, "Tentu!"

Kemudian, Abdullah berkata:
Wanita hitam itu pernah mendatangi Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam lalu berkata, "Aku kena penyakit 'usro'u (ayan/epilepsi). Jikalau penyakitku kambuh, auratku tersingkap. Maka, doakanlah kepada Allah agar sembuh penyakitku."

Maka, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berkata, "Jikalau aku doakan kepada Allah, pasti kamu akan sembuh. Akan tetapi, jikalau kamu sabar, maka bagimu surga."

Maka wanita hitam itu berkata,"Ashbiru (aku akan sabar), akan tetapi doakan kepada Allah agar tiap kali kambuh penyakitku, auratku tidak tersingkap."

Maka, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pun mendoakannya sehingga tiap kali kambuh, Allah Ta'ala menjaga auratnya.

Dari kisah tersebut, kita dapat mengambil hikmah dari seorang wanita berkulit hitam yang biasanya dipandang rendah di tengah-tengah masyarakat kala itu, apalagi wanita itu menderita penyakit ayan atau epilepsi. Ketika datang pilihan kepadanya antara kesembuhan atau imbalan surga atas kesabaran pada penyakit yang dideritanya, ia memilih bersabar. Karena dengan kesabaran itu, ia telah dijanjikan surga.

Tak ia pedulikan pendapat orang-orang mengenai dirinya, karena ridho Allahlah yang semata-mata ia kejar. Hanya Allah tujuannya. Ia menyingkirkan rasa malunya. Ketaqwaannya telah membuatnya tabah dan sabar akan penyakitnya. Wanita hitam itu malu karena di saat ia tidak sadar atau ayan, auratnya tersingkap. Tapi, ia tidak malu terus bersabar agar mendapat balasan surga.

"Malu adalah sebagian dari iman, dan iman tempatnya di surga." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Allah itu dekat. Ia selalu ada untuk hamba-hamba-Nya. Ia takkan pernah menyia-nyiakan hamba-hamba-Nya. Kalau Allah terasa jauh, itu karena kitalah yang menjauh dari-Nya. Wallahu a'lam.


Credits: Buletin Eshal (Edisi kedua/Agustus 2011)

2 komentar: